Kamis, 19 Februari 2015

Part 2# Horror Story

Malvin
            Khalil! Khalil! Bangun!
            Ah… siapa itu?
            Khalil! Bangun!
Bukankah hari ini minggu? Kenapa aku harus bangun?
            Khalil bangun!
            “Ah… siapa sih!” teriakku
            Hening tidak ada jawaban
            “Pagi! Ini aku, Malvin!” balas suara itu.
 Malvin? Tunggu dulu jangan-jangan….
Aku pergi dari tempat tidur dan melihat sekeliling, tidak ada apa-apa. Syukurlah. Saat aku berbalik kebelakang….
“Aku dibelakangmu, Khalil!” serunya
Ah, sial!
“Kau kemarin berjanji, kan untuk membantuku? Ingat?” tanyanya
Kemarin?
Flash back
“Jadi bantu aku menemukannya!” seru arwah itu.
Aku menggeleng, “Untuk apa aku membantumu? Apa untungnya bagiku?” kataku membalas seruanya. Dia tidak bisa menjawab. Baguslah!  Saat aku akan berjalan pergi, dia mencegahku.
“Hei, taukah kau, kau itu aneh?” tanyanya menyindir,
Benarkah? Kurasa aku memang seperti itu karena aku bisa melihat para arwah, “Memang,” jawabku, “aku punya indra keenam, sehingga aku ini berbeda dari yang lain,”
“He..he..” tawanya mengerikan, “bukan itu saja, auramu sangat berbeda dengan manusia lainnya,”
Auraku? Ada apa dengan auraku? Aku terdiam sementara, tenang, tenang, jangan terpengaruh arwah bodoh itu Khalil. Sial! “ ada apa dengan auraku?” tanyaku penasaran,
“Kau penasaran ya?” tanyanya meledek, “akan kuberitau setelah kau membantuku!”
Cih! Arwah sialan!, “baiklah aku akan membantumu, tapi beri penjelasan sekarang!” bentakku.
Arwah itu tersenyum, “Ok, tapi hanya separuhnya saja!”
Separuh? Dasar perhitungan!, “ baiklah, cepat katakan. Ada apa denganku?”
Dia menatap mataku lekat-lekat, dengan wajah serius dia menceritakannya, “Aku berasal dari keturunan keluarga Cina asli, sehingga kami tidak boleh menceritakan rahasia-rahasia keluarga kami ke siapapun juga. Apa lagi kami dari keluarga kaum atas,” katanya serius, “akan tetapi, aku sudah mati dan seharusnya tanggung jawab itu sudah lepas, jadi aku akan memberitahumu.”
Dia menghela nafas dan melanjutkan, “keluarga kami memiliki kemampuan untuk melihat aura seseorang, termasuk juga aku. Sejak aku umur 5 tahun, aku bisa melihat aura orang yang berbeda-beda, sesuai sifat mereka. Tapi ….”
Dia terdiam sejenak, dan kemudian meneruskannya, “semua aura memiliki 1 hal yang sama, yaitu kehidupan. Meskipun aku sudah mati, aku selalu bisa melihat aura kehidupan itu, tapi tidak dengan mu,”
Aku tidak punya? Kenapa?
“jangan bertanya, mengapa bisa seperti itu! Aku tidak tau!” katanya sambil memalingkan wajah,
“Hm, kau bahkan tidak tau, jadi tidak ada alasan aku membantumu, kan?” tanyaku licik
“Ya, aku sudah tau maksudmu. Tapi kau akan menyesal jika tidak membantuku,” jawabnya dengan penuh percaya diri.
“Kenapa?”
“Yah, itu karena aku akan menemukan jawabannya saat aku mempelajari kehidupanmu. Bukankah kau juga penasaran dengan itu?” tanyanya balik
“Ya, aku penasaran.”jawabku, aku melihatnya dan menghela nafas, “siapa namamu?” tanyaku
Dia tersenyum dan memperkenalkan dirinya, “Malvin, dan kau?”
“Khalil” balasku, “baiklah kesepakatannya, aku akan membantumu menemukan pembunuhmu dan kau membantuku menemukan alasan auraku seperti itu. Deal?”
“Yap”
Flash back end
Aku menatap Malvin dengan penuh marah, “tapi aku tidak pernah menyuruhmu untuk datang kerumahku dan mengangguku kan?” tanyaku dengan nada jengkel.
“Haha..ha..” tawanya, “santai saja! Kau bisa cepat tua jika selalu marah!” ledeknya
“Ini semua karena kau, kan!”
“He.. he.., tenang! Aku disini sedang mempelajari hidupmu, sepertinya rumah ini terlalu besar untuk seorang anak SMA yang tinggal sendiri.”
Aku menghela nafas, “ya, kau benar. Jadi apa yang kau dapat?”
“Tidak ada” balasnya santai
“Apa katamu?” tanyaku lagi
“Tidak ada apa-apa dirumahmu ini, bahkan foto keluarga pun tidak ada,”
Aku terdiam
“Apa kau punya sesuatu yang menghubungkanmu dengan keluargamu?” tanyanya
“Tidak ada” lirihku cepat, “Ayo kita selesaikan kasusmu, Malvin!”
“Baiklah!”
Aku pergi kekamar dan mengambil buku kosong,
Tidak ada apa-apa dirumahmu ini, bahkan foto keluarga pun tidak ada
Menyedihkan, sebegitukah aku?
“Khalil, sudah siap?” tanya Malvin tiba-tiba dari balik punggungku
“Ya, aku sudah siap. Baiklah aku akan memberimu beberapa pertanyaan, yang harus kau lakukan, adalah menjawab pertanyaanku dengan jujur dan detil,”
“Sip,” balasnya
Kenapa dia bahagia sekali? “sebelum itu ceritakan dulu kejadian saat itu, seingatmu saja tapi jangan lupakan hal yang detail,”
“Hm, saat itu hari terakhir sekolah, besoknya kami sudah diperbolehkan liburan. Tapi sayangnya aku masih punya tugas Ketos yang harus dikumpulkan hari itu,…”
“Tunggu, kau ketua osis?!” tanyaku kaget, Priift… aku tidak dapat menahan tawaku
Malvin menatapku jengkel sekaligus cemberut, ha..ha. aneh!
“Baik, baik, aku akan serius, lanjutkan,” kataku cepat, aku kasihan pada wajahnya
Dia menghela nafas, kemudian melanjutkan, “kami pulang sekolah jam 4, teman-temanku sudah banyak yang pulang, tapi aku tidak karena masih banyak kerjaan. Padahal aku sudah capek, tapi mau gimana lagi? Untung saja ada Keisya, dia memberiku minuman penyemangat…”
Keisya?, “Wait! Siapa Keisya?”
“E, Keisya itu teman sekelas, kebetulan kami dari TK sudah disekolah yang sama. Aku sudah ngangap perempuan itu sahabatku. Dia cantik, pintar dan kuat lo! Kalau mau, ku jodohin ya?” ledeknya dengan mimik jail
“Ngak usah,” balasku datar, “perempuan kuat bikin aku trauma,”
Malvin tertawa, “haha… meskipun dia kuat karena jago karate, dia orangnya lemah lembut, kok!”
“Kalau gitu, ngapa ngak kamu pacarin aja?” tanyaku balik
Malvin terdiam kaku, kemudian tersenyum tipis, “pengennya sih gitu, tapi aku ngak pantas untuk dia,..” lirihnya, “dia sangat hebat, sedangkan aku biasa saja. Meskipun aku sudah menyukainya sejak SD tapi tetap saja aku ngak bisa,… eh kenapa aku cerita yang aneh-aneh ya?”
Jadi selama ini dia menyembunyikan perasaannya? “Aku mendengarkan,…” kataku cepat
Arwah itu tersenyum lagi, “terimakasih, Khalil.”
“Jadi dia juga ngak punya perasaan tertentu?” tanyaku penasaran
Dia mengelengkan kepalanya, “punya tapi kutolak, karena alasan bodoh tadi.”
Aku terdiam kaku, “dasar bodoh! Sekarang kamu menyesal?”
“Tidak, karena dia akan menemukan laki-laki yang lebih baik,”
            Dasar, dia itu payah dalam berbohong! “terserah kau saja, lanjutkan kejadiannya,”
            “setelah itu, aku mengerjakan tugasku sampai lupa waktu. Aku melihat jam dan tidak sadar sudah pukul 7 malam. Tepat setelahnya, aku sangat mengantuk dan tiba-tiba… aku dicekik dari belakang. Kemudian aku mati dan jadi arwah, awalnya aku kaget tapi apa dayaku? Yang sudah mati tidak bisa hidup lagi. Aku tergeletak di halaman sekolah dengan sebagian tubuh hancur akibat jatuh dari ketinggian,…”
            Dia berhenti sejenak, “ penjaga sekolah melihat mayatku, dan lari ketakutan. 1 jam kemudian sekolah sudah dipasang garis polisi, dan tubuhku diangkat. Keluargaku menangis tersedu-sedu, begitu juga Keisya dan Aryo. Sangat kebetulan mereka juga ada saat pengangkutan itu,”
            “Aryo? Hei, kau tidak menceritakan siapa itu!?” tanyaku
            “Kenapa aku harus menceritakan sahabatku?” tanyanya balik
            Aku menghela nafas, “karena bisa saja dia pembunuhnya!”
            “Kau menuduhnya? Mana mungkin dia membunuhku?” bentaknya
            “Mungkin saja, tidak ada yang bisa dipercaya didunia ini!”
            Malvin marah dan berdiri, “apa? Kalau begitu bisa saja aku percaya kalau kau yang membunuhku, kan?”
            Dasar bodoh! “apa kau gila? Mana ada pembunuh yang mau membantu korbannya!”
            “Cih!!” serunya sambil melemparkan wajah, “aku tidak suka kau menuduh sahabatku!”
            “Kalau kau memang tidak suka, buktikan kalau dia memang tidak terlibat!”
            Dia duduk kembali dan bercerita lagi, “Aryo itu anak yang baik, dia tidak mungkin seperti itu. Meskipun dia anak band disekolah kami, dia anak yang baik dan bertanggung jawab. Hah… dia memang anak yang pemalas, bisanya cuma tidur di depan perpus sampai pulang sekolah, tapi aku tidak percaya dia dapat melakukan itu!”
            Aku masih terdiam, tidak percaya pada ceritanya.
            “dia punya alibi, aku melihatnya berlatih sampai malam di ruang musik!”
            “Kenapa kau sangat percaya padanya? Bukankah biasanya orang yang dekat dengan kita itulah dalangnya,”
            Dia tersenyum sedih, “itu tidak mungkin, karena dia lah orang yang akan bersama Keisya,”
            “Oh, cinta segitiga yang bodoh rupanya!” gumamku
            “Jangan mengejekku!”
            “Baik, baik. Tapi dari pada kebetulan, kurasa kalian bertiga seperti takdir!”
            “Mungkin, tapi ada yang aneh”
            Aneh? “apanya yang aneh?”
            Dia menunduk dan berusaha mengingat sesuatu, “sebenarnya saat itu Keisya masih mengunakan baju karatenya, padahal dia anak yang disiplin dan teratur…”
            “Apa maksudmu?”
            Wajahnya berubah serius, “biasanya dia menganti baju karate setelah eskul, tapi kenapa dia masih mengunakannya?”
            Bukankah itu biasa? “Mungkin dia tidak sempat berganti pakaian,” jawabku santai
            Malvin mengeleng, “Jika ia, karena apa? Dia tidak punya jadwal yang sibuk, kok!”
            Jangan-jangan….. , “Malvin, aku punya sebuah teori. Tapi jika memang itu kenyataannya, itu akan menyakitkanmu. Apa kau siap?” tanyaku serius
            Malvin terlihat bingung sekaligus terkejut, “Kau sudah menemukan pembunuhnya?” tanyanya.
            Aku mengangguk, “Ya, hanya tinggal pengakuan!”


-          Bersambung - 

Selasa, 03 Februari 2015

Part 1# Horror Story

Pertemuan yang Membawa Sial

            Tahun baru, sekolah baru, semester baru dan sekaligus penganggu baru. Semoga saja, aku tidak akan pernah melihat hal seperti itu lagi. Aku berjalan memasuki lapangan sekolah dengan tenang, sampai saat ini sepertinya tidak ada hal yang aneh. Kecuali, anak-anak perempuan sekolah ini yang terus menatapku dari tadi.
“X IPA, ini kelas baruku” lirihku. Saat memasuki kelas, aku berusaha mencari bangkuku yang sudah dibagikan oleh guru. Ternyata sudah ada orang yang mendudukinya, aku berjalan menghampiri dan….. sial! Hal yang paling kubenci akhirnya datang juga.
            “Hei, bukankah kamu sudah dengar berita mengerikan itu?” tanya seorang anak perempuan dikelasku pada temannya.
          Temannya mengangguk, “Sudah, ada seorang anak laki-laki yang loncat bunuh diri dari lantai 4 gedung baru!”
            “Iya, betul! Bukankah itu mengerikan? Kenapa ia bunuh diri disekolah?” tanyanya lagi.
            Temannya mengeleng, “jika itu bunuh diri, bukankah arwahnya akan gentayangan?” tanya temannya balik.
            “Ah.. jangan seperti itu, padahal aku dari tadi memberanikan diri untuk pergi sekolah!”
“Aku juga, apalagi kelas kita bersebrangan dengan gedung baru! Bisa-bisa kita akan melihat penampakannya!” seru temannya menakut-nakuti.
“Hei, ini baru awal semester pertama, darimana kalian mendapat berita itu?” tanyaku penasaran. Sepertinya mereka berasal dari SMPku dulu.
Kedua anak perempuan itu melihatku dan tersenyum ramah, “Oh, Khalil! Kamu dapet dikelas ini ya?” tanya salah satu dari mereka dengan centil. Ya ampun…
            “Hei, kalian dengar apa yang kutanya tadi tidak?” tanyaku sekali lagi.
            “Oh, yang Karen bilang tadi! Tenang saja, kejadiannya saat liburan sekolah jadi tidak apa-apa sekarang,” jawab temannya yang tadi menakut-nakuti.
            “Apanya yang tidak apa-apa, Siska! Aku ketakutan tau!” gerutu yang satu lagi sok imut.
            “Tenang, sekarang kan sudah ada Khalil dengan kita. Iya kan, lil?” tanyanya sambil tersenyum manis.
            “Ah…” desahku sambil menunduk lesu, “Karen, Siska!” tunjukku
            “Yap?” seru mereka serempak, sambil pasang wajah imut-imut berharap aku akan meladeni mereka.
            “Tolong pergi dari bangkuku, ini punyaku!” pintaku dengan wajah pura-pura ramah.
            Mereka sontak tercengang dan tersenyum malu kemudian buru-buru pindah, “Sorry ya, lil!”
            Hah… Aku menghela nafas dan duduk dibangkuku yang tepat terletak disebelah jendela. Melihat keluar jendela, terlihat sebuah taman asri dengan sebuah pohon besar, letaknya kira-kira tak jauh dari sini. Kebetulan cuaca hari ini tidak panas, aku sangat berharap dapat tidur dibawah pohon besar itu.
 “Ada seorang anak laki-laki yang loncat bunuh diri dari lantai 4 gedung baru”
Sial!! Kenapa juga aku dengerin pembicaraan tadi!? Ah, karena kemampuan ini rasanya aku ingin menghilang saja.
Hari pertama biasa-biasa saja, tidak ada hal aneh yang terjadi. Sampai akhirnya saat jam pulang sekolah, hari sudah mulai malam. Pinggangku sangat sakit karena terus tidur saat jam pelajaran berlangsung. Semua pelajaran sudah kukuasai, jadi apa salahnya aku tidur, kan?
“Permisi, nak bisa bantu ibu sebentar?” tanya seorang guru, yang wajahnya tertutup oleh buku-buku yang dibawanya.
Aku menghela nafas, memang sih aku sudah letih tapi tidak tega aku meninggalkan ibu ini tanpa membantunya.
“Bisa bu, apa yang bisa saya bantu?” tanyaku ramah.
“Tolong bawa sebagian buku ini nak?” katanya menjawab, aneh? kenapa suaranya tiba-tiba berubah?
“Baiklah bu,” kataku sambil mengangkat semua buku itu. Saat kuangkat bukunya, tidak berat. Malah ringan. Saat ingin menanyakan kemana aku harus membawa buku-buku ini. Aku menongakkan wajahku dan melihat kepalanya terbelah dua! Seperti terpotong oleh gergaji. Sial! Sudah kuduga guru itu hantu.
Aku menjatuhkan buku-buku yang kubawa dan itu berubah menjadi gergaji berkarat yang penuh akan darah. Aku berlari sekencang-kencangnya, sampai akhirnya aku berada diluar sekolah. Aku berhenti sebentar disebuah warung yang tak jauh dari sekolahku.
“Ah..ah…” hela nafasku, hari sudah malam dan akan semakin banyak arwah begentayangan yang akan kutemui. Dengan kemampuan ini, entah berapa banyak yang akan kutemui. Sial!
Saat aku berbalik kebelakang untuk melihat sekolah itu lagi, aku bertemu mata dengan arwah seorang anak laki-laki yang akan meloncat turun dari lantai 4. Itu arwah anak yang dikabarkan bunuh diri! Ia melihatku dan tersenyum. Sial! Dia akan datang kesini.
Aku berlari lagi sekencang-kencangnya menuju jalan utama, aku memaki diriku sendiri karena telah bodoh, lebih memilih jalan kaki ke sekolah dari pada naik sepeda. Terlambat! Arwah anak laki-laki itu sudah ada di depan menghalangi jalanku, sekarang aku tau apa hal yang akan dia minta. Waktuku yang berharga! Dia akan terus mengangguku sampai aku membantunya.
“Hei, kamu adik kelasku, kan?” tanyanya sambil tersenyum ramah, “Kamu bisa melihat  arwah seperti aku ya?” tanyanya lagi, kali ini ia berusaha mendekatiku.
“Pergilah! Aku tidak akan membantumu!” bentakku padanya, kelihatan dia agak terkejut mendengarnya. Tapi tetap saja ia mendekatiku.
“Maafkan aku, tapi aku tidak akan pergi sampai kau mau membantuku menemukan orang yang telah membunuhku!”
“Apa?!” tanyaku sontak kaget
Pembunuhan?

-          Bersambung -