Malvin
Khalil! Khalil! Bangun!
Ah… siapa itu?
Khalil! Bangun!
Bukankah hari ini minggu? Kenapa
aku harus bangun?
Khalil bangun!
“Ah…
siapa sih!” teriakku
Hening
tidak ada jawaban
“Pagi!
Ini aku, Malvin!” balas suara itu.
Malvin? Tunggu dulu jangan-jangan….
Aku pergi dari tempat tidur dan
melihat sekeliling, tidak ada apa-apa. Syukurlah. Saat aku berbalik
kebelakang….
“Aku dibelakangmu, Khalil!” serunya
Ah, sial!
“Kau kemarin berjanji, kan untuk
membantuku? Ingat?” tanyanya
Kemarin?
Flash
back
“Jadi bantu aku menemukannya!” seru
arwah itu.
Aku menggeleng, “Untuk apa aku
membantumu? Apa untungnya bagiku?” kataku membalas seruanya. Dia tidak bisa
menjawab. Baguslah! Saat aku akan
berjalan pergi, dia mencegahku.
“Hei, taukah kau, kau itu aneh?”
tanyanya menyindir,
Benarkah? Kurasa aku memang seperti
itu karena aku bisa melihat para arwah, “Memang,” jawabku, “aku punya indra
keenam, sehingga aku ini berbeda dari yang lain,”
“He..he..” tawanya mengerikan,
“bukan itu saja, auramu sangat berbeda dengan manusia lainnya,”
Auraku? Ada apa dengan auraku? Aku
terdiam sementara, tenang, tenang, jangan terpengaruh arwah bodoh itu Khalil.
Sial! “ ada apa dengan auraku?” tanyaku penasaran,
“Kau penasaran ya?” tanyanya
meledek, “akan kuberitau setelah kau membantuku!”
Cih! Arwah sialan!, “baiklah aku
akan membantumu, tapi beri penjelasan sekarang!” bentakku.
Arwah itu tersenyum, “Ok, tapi
hanya separuhnya saja!”
Separuh? Dasar perhitungan!, “
baiklah, cepat katakan. Ada apa denganku?”
Dia menatap mataku lekat-lekat,
dengan wajah serius dia menceritakannya, “Aku berasal dari keturunan keluarga
Cina asli, sehingga kami tidak boleh menceritakan rahasia-rahasia keluarga kami
ke siapapun juga. Apa lagi kami dari keluarga kaum atas,” katanya serius, “akan
tetapi, aku sudah mati dan seharusnya tanggung jawab itu sudah lepas, jadi aku
akan memberitahumu.”
Dia menghela nafas dan melanjutkan,
“keluarga kami memiliki kemampuan untuk melihat aura seseorang, termasuk juga
aku. Sejak aku umur 5 tahun, aku bisa melihat aura orang yang berbeda-beda,
sesuai sifat mereka. Tapi ….”
Dia terdiam sejenak, dan kemudian
meneruskannya, “semua aura memiliki 1 hal yang sama, yaitu kehidupan. Meskipun
aku sudah mati, aku selalu bisa melihat aura kehidupan itu, tapi tidak dengan
mu,”
Aku tidak punya? Kenapa?
“jangan bertanya, mengapa bisa
seperti itu! Aku tidak tau!” katanya sambil memalingkan wajah,
“Hm, kau bahkan tidak tau, jadi
tidak ada alasan aku membantumu, kan?” tanyaku licik
“Ya, aku sudah tau maksudmu. Tapi
kau akan menyesal jika tidak membantuku,” jawabnya dengan penuh percaya diri.
“Kenapa?”
“Yah, itu karena aku akan menemukan
jawabannya saat aku mempelajari kehidupanmu. Bukankah kau juga penasaran dengan
itu?” tanyanya balik
“Ya, aku penasaran.”jawabku, aku
melihatnya dan menghela nafas, “siapa namamu?” tanyaku
Dia tersenyum dan memperkenalkan
dirinya, “Malvin, dan kau?”
“Khalil” balasku, “baiklah
kesepakatannya, aku akan membantumu menemukan pembunuhmu dan kau membantuku
menemukan alasan auraku seperti itu. Deal?”
“Yap”
Flash
back end
Aku menatap Malvin dengan penuh
marah, “tapi aku tidak pernah menyuruhmu untuk datang kerumahku dan mengangguku
kan?” tanyaku dengan nada jengkel.
“Haha..ha..” tawanya, “santai saja!
Kau bisa cepat tua jika selalu marah!” ledeknya
“Ini semua karena kau, kan!”
“He.. he.., tenang! Aku disini
sedang mempelajari hidupmu, sepertinya rumah ini terlalu besar untuk seorang
anak SMA yang tinggal sendiri.”
Aku menghela nafas, “ya, kau benar.
Jadi apa yang kau dapat?”
“Tidak ada” balasnya santai
“Apa katamu?” tanyaku lagi
“Tidak ada apa-apa dirumahmu ini,
bahkan foto keluarga pun tidak ada,”
Aku terdiam
“Apa kau punya sesuatu yang
menghubungkanmu dengan keluargamu?” tanyanya
“Tidak ada” lirihku cepat, “Ayo
kita selesaikan kasusmu, Malvin!”
“Baiklah!”
Aku pergi kekamar dan mengambil
buku kosong,
Tidak
ada apa-apa dirumahmu ini, bahkan foto keluarga pun tidak ada
Menyedihkan, sebegitukah aku?
“Khalil, sudah siap?” tanya Malvin
tiba-tiba dari balik punggungku
“Ya, aku sudah siap. Baiklah aku
akan memberimu beberapa pertanyaan, yang harus kau lakukan, adalah menjawab
pertanyaanku dengan jujur dan detil,”
“Sip,” balasnya
Kenapa dia bahagia sekali? “sebelum
itu ceritakan dulu kejadian saat itu, seingatmu saja tapi jangan lupakan hal
yang detail,”
“Hm, saat itu hari terakhir
sekolah, besoknya kami sudah diperbolehkan liburan. Tapi sayangnya aku masih
punya tugas Ketos yang harus dikumpulkan hari itu,…”
“Tunggu, kau ketua osis?!” tanyaku
kaget, Priift… aku tidak dapat menahan tawaku
Malvin menatapku jengkel sekaligus
cemberut, ha..ha. aneh!
“Baik, baik, aku akan serius,
lanjutkan,” kataku cepat, aku kasihan pada wajahnya
Dia menghela nafas, kemudian
melanjutkan, “kami pulang sekolah jam 4, teman-temanku sudah banyak yang pulang,
tapi aku tidak karena masih banyak kerjaan. Padahal aku sudah capek, tapi mau
gimana lagi? Untung saja ada Keisya, dia memberiku minuman penyemangat…”
Keisya?, “Wait! Siapa Keisya?”
“E, Keisya itu teman sekelas,
kebetulan kami dari TK sudah disekolah yang sama. Aku sudah ngangap perempuan
itu sahabatku. Dia cantik, pintar dan kuat lo! Kalau mau, ku jodohin ya?”
ledeknya dengan mimik jail
“Ngak usah,” balasku datar,
“perempuan kuat bikin aku trauma,”
Malvin tertawa, “haha… meskipun dia
kuat karena jago karate, dia orangnya lemah lembut, kok!”
“Kalau gitu, ngapa ngak kamu
pacarin aja?” tanyaku balik
Malvin terdiam kaku, kemudian
tersenyum tipis, “pengennya sih gitu, tapi aku ngak pantas untuk dia,..”
lirihnya, “dia sangat hebat, sedangkan aku biasa saja. Meskipun aku sudah
menyukainya sejak SD tapi tetap saja aku ngak bisa,… eh kenapa aku cerita yang
aneh-aneh ya?”
Jadi selama ini dia menyembunyikan
perasaannya? “Aku mendengarkan,…” kataku cepat
Arwah itu tersenyum lagi,
“terimakasih, Khalil.”
“Jadi dia juga ngak punya perasaan
tertentu?” tanyaku penasaran
Dia mengelengkan kepalanya, “punya
tapi kutolak, karena alasan bodoh tadi.”
Aku terdiam kaku, “dasar bodoh!
Sekarang kamu menyesal?”
“Tidak, karena dia akan menemukan
laki-laki yang lebih baik,”
Dasar,
dia itu payah dalam berbohong! “terserah kau saja, lanjutkan kejadiannya,”
“setelah
itu, aku mengerjakan tugasku sampai lupa waktu. Aku melihat jam dan tidak sadar
sudah pukul 7 malam. Tepat setelahnya, aku sangat mengantuk dan tiba-tiba… aku
dicekik dari belakang. Kemudian aku mati dan jadi arwah, awalnya aku kaget tapi
apa dayaku? Yang sudah mati tidak bisa hidup lagi. Aku tergeletak di halaman
sekolah dengan sebagian tubuh hancur akibat jatuh dari ketinggian,…”
Dia
berhenti sejenak, “ penjaga sekolah melihat mayatku, dan lari ketakutan. 1 jam
kemudian sekolah sudah dipasang garis polisi, dan tubuhku diangkat. Keluargaku
menangis tersedu-sedu, begitu juga Keisya dan Aryo. Sangat kebetulan mereka
juga ada saat pengangkutan itu,”
“Aryo?
Hei, kau tidak menceritakan siapa itu!?” tanyaku
“Kenapa
aku harus menceritakan sahabatku?” tanyanya balik
Aku
menghela nafas, “karena bisa saja dia pembunuhnya!”
“Kau
menuduhnya? Mana mungkin dia membunuhku?” bentaknya
“Mungkin
saja, tidak ada yang bisa dipercaya didunia ini!”
Malvin
marah dan berdiri, “apa? Kalau begitu bisa saja aku percaya kalau kau yang
membunuhku, kan?”
Dasar
bodoh! “apa kau gila? Mana ada pembunuh yang mau membantu korbannya!”
“Cih!!”
serunya sambil melemparkan wajah, “aku tidak suka kau menuduh sahabatku!”
“Kalau
kau memang tidak suka, buktikan kalau dia memang tidak terlibat!”
Dia
duduk kembali dan bercerita lagi, “Aryo itu anak yang baik, dia tidak mungkin
seperti itu. Meskipun dia anak band disekolah kami, dia anak yang baik dan
bertanggung jawab. Hah… dia memang anak yang pemalas, bisanya cuma tidur di
depan perpus sampai pulang sekolah, tapi aku tidak percaya dia dapat melakukan
itu!”
Aku
masih terdiam, tidak percaya pada ceritanya.
“dia
punya alibi, aku melihatnya berlatih sampai malam di ruang musik!”
“Kenapa
kau sangat percaya padanya? Bukankah biasanya orang yang dekat dengan kita
itulah dalangnya,”
Dia
tersenyum sedih, “itu tidak mungkin, karena dia lah orang yang akan bersama
Keisya,”
“Oh,
cinta segitiga yang bodoh rupanya!” gumamku
“Jangan
mengejekku!”
“Baik,
baik. Tapi dari pada kebetulan, kurasa kalian bertiga seperti takdir!”
“Mungkin,
tapi ada yang aneh”
Aneh?
“apanya yang aneh?”
Dia
menunduk dan berusaha mengingat sesuatu, “sebenarnya saat itu Keisya masih
mengunakan baju karatenya, padahal dia anak yang disiplin dan teratur…”
“Apa
maksudmu?”
Wajahnya
berubah serius, “biasanya dia menganti baju karate setelah eskul, tapi kenapa
dia masih mengunakannya?”
Bukankah
itu biasa? “Mungkin dia tidak sempat berganti pakaian,” jawabku santai
Malvin
mengeleng, “Jika ia, karena apa? Dia tidak punya jadwal yang sibuk, kok!”
Jangan-jangan…..
, “Malvin, aku punya sebuah teori. Tapi jika memang itu kenyataannya, itu akan
menyakitkanmu. Apa kau siap?” tanyaku serius
Malvin
terlihat bingung sekaligus terkejut, “Kau sudah menemukan pembunuhnya?”
tanyanya.
Aku
mengangguk, “Ya, hanya tinggal pengakuan!”
-
Bersambung -