Pertemuan
yang Membawa Sial
Tahun
baru, sekolah baru, semester baru dan sekaligus penganggu baru. Semoga saja,
aku tidak akan pernah melihat hal seperti itu lagi. Aku berjalan memasuki
lapangan sekolah dengan tenang, sampai saat ini sepertinya tidak ada hal yang
aneh. Kecuali, anak-anak perempuan sekolah ini yang terus menatapku dari tadi.
“X IPA, ini kelas baruku” lirihku.
Saat memasuki kelas, aku berusaha mencari bangkuku yang sudah dibagikan oleh
guru. Ternyata sudah ada orang yang mendudukinya, aku berjalan menghampiri
dan….. sial! Hal yang paling kubenci akhirnya datang juga.
“Hei,
bukankah kamu sudah dengar berita mengerikan itu?” tanya seorang anak perempuan
dikelasku pada temannya.
Temannya
mengangguk, “Sudah, ada seorang anak laki-laki yang loncat bunuh diri dari
lantai 4 gedung baru!”
“Iya,
betul! Bukankah itu mengerikan? Kenapa ia bunuh diri disekolah?” tanyanya lagi.
Temannya
mengeleng, “jika itu bunuh diri, bukankah arwahnya akan gentayangan?” tanya
temannya balik.
“Ah..
jangan seperti itu, padahal aku dari tadi memberanikan diri untuk pergi
sekolah!”
“Aku juga, apalagi kelas kita
bersebrangan dengan gedung baru! Bisa-bisa kita akan melihat penampakannya!”
seru temannya menakut-nakuti.
“Hei, ini baru awal semester pertama,
darimana kalian mendapat berita itu?” tanyaku penasaran. Sepertinya mereka
berasal dari SMPku dulu.
Kedua anak perempuan itu melihatku
dan tersenyum ramah, “Oh, Khalil! Kamu dapet dikelas ini ya?” tanya salah satu
dari mereka dengan centil. Ya ampun…
“Hei,
kalian dengar apa yang kutanya tadi tidak?” tanyaku sekali lagi.
“Oh,
yang Karen bilang tadi! Tenang saja, kejadiannya saat liburan sekolah jadi
tidak apa-apa sekarang,” jawab temannya yang tadi menakut-nakuti.
“Apanya
yang tidak apa-apa, Siska! Aku ketakutan tau!” gerutu yang satu lagi sok imut.
“Tenang,
sekarang kan sudah ada Khalil dengan kita. Iya kan, lil?” tanyanya sambil
tersenyum manis.
“Ah…”
desahku sambil menunduk lesu, “Karen, Siska!” tunjukku
“Yap?”
seru mereka serempak, sambil pasang wajah imut-imut berharap aku akan meladeni
mereka.
“Tolong
pergi dari bangkuku, ini punyaku!” pintaku dengan wajah pura-pura ramah.
Mereka
sontak tercengang dan tersenyum malu kemudian buru-buru pindah, “Sorry ya,
lil!”
Hah…
Aku menghela nafas dan duduk dibangkuku yang tepat terletak disebelah jendela.
Melihat keluar jendela, terlihat sebuah taman asri dengan sebuah pohon besar,
letaknya kira-kira tak jauh dari sini. Kebetulan cuaca hari ini tidak panas,
aku sangat berharap dapat tidur dibawah pohon besar itu.
“Ada
seorang anak laki-laki yang loncat bunuh diri dari lantai 4 gedung baru”
Sial!! Kenapa juga aku dengerin
pembicaraan tadi!? Ah, karena kemampuan ini rasanya aku ingin menghilang saja.
Hari pertama biasa-biasa saja,
tidak ada hal aneh yang terjadi. Sampai akhirnya saat jam pulang sekolah, hari
sudah mulai malam. Pinggangku sangat sakit karena terus tidur saat jam
pelajaran berlangsung. Semua pelajaran sudah kukuasai, jadi apa salahnya aku
tidur, kan?
“Permisi, nak bisa bantu ibu sebentar?”
tanya seorang guru, yang wajahnya tertutup oleh buku-buku yang dibawanya.
Aku menghela nafas, memang sih aku
sudah letih tapi tidak tega aku meninggalkan ibu ini tanpa membantunya.
“Bisa bu, apa yang bisa saya
bantu?” tanyaku ramah.
“Tolong bawa sebagian buku ini
nak?” katanya menjawab, aneh? kenapa suaranya tiba-tiba berubah?
“Baiklah bu,” kataku sambil
mengangkat semua buku itu. Saat kuangkat bukunya, tidak berat. Malah ringan.
Saat ingin menanyakan kemana aku harus membawa buku-buku ini. Aku menongakkan
wajahku dan melihat kepalanya terbelah dua! Seperti terpotong oleh gergaji.
Sial! Sudah kuduga guru itu hantu.
Aku menjatuhkan buku-buku yang
kubawa dan itu berubah menjadi gergaji berkarat yang penuh akan darah. Aku
berlari sekencang-kencangnya, sampai akhirnya aku berada diluar sekolah. Aku
berhenti sebentar disebuah warung yang tak jauh dari sekolahku.
“Ah..ah…” hela nafasku, hari sudah
malam dan akan semakin banyak arwah begentayangan yang akan kutemui. Dengan
kemampuan ini, entah berapa banyak yang akan kutemui. Sial!
Saat aku berbalik kebelakang untuk
melihat sekolah itu lagi, aku bertemu mata dengan arwah seorang anak laki-laki
yang akan meloncat turun dari lantai 4. Itu arwah anak yang dikabarkan bunuh
diri! Ia melihatku dan tersenyum. Sial! Dia akan datang kesini.
Aku berlari lagi
sekencang-kencangnya menuju jalan utama, aku memaki diriku sendiri karena telah
bodoh, lebih memilih jalan kaki ke sekolah dari pada naik sepeda. Terlambat!
Arwah anak laki-laki itu sudah ada di depan menghalangi jalanku, sekarang aku
tau apa hal yang akan dia minta. Waktuku yang berharga! Dia akan terus
mengangguku sampai aku membantunya.
“Hei, kamu adik kelasku, kan?”
tanyanya sambil tersenyum ramah, “Kamu bisa melihat arwah seperti aku ya?” tanyanya lagi, kali
ini ia berusaha mendekatiku.
“Pergilah! Aku tidak akan
membantumu!” bentakku padanya, kelihatan dia agak terkejut mendengarnya. Tapi
tetap saja ia mendekatiku.
“Maafkan aku, tapi aku tidak akan
pergi sampai kau mau membantuku menemukan orang yang telah membunuhku!”
“Apa?!” tanyaku sontak kaget
Pembunuhan?
-
Bersambung -
ngapa tulisannya -end-? harusnya keknya bersambung el '-'
BalasHapus