Selasa, 03 Februari 2015

Part 1# Horror Story

Pertemuan yang Membawa Sial

            Tahun baru, sekolah baru, semester baru dan sekaligus penganggu baru. Semoga saja, aku tidak akan pernah melihat hal seperti itu lagi. Aku berjalan memasuki lapangan sekolah dengan tenang, sampai saat ini sepertinya tidak ada hal yang aneh. Kecuali, anak-anak perempuan sekolah ini yang terus menatapku dari tadi.
“X IPA, ini kelas baruku” lirihku. Saat memasuki kelas, aku berusaha mencari bangkuku yang sudah dibagikan oleh guru. Ternyata sudah ada orang yang mendudukinya, aku berjalan menghampiri dan….. sial! Hal yang paling kubenci akhirnya datang juga.
            “Hei, bukankah kamu sudah dengar berita mengerikan itu?” tanya seorang anak perempuan dikelasku pada temannya.
          Temannya mengangguk, “Sudah, ada seorang anak laki-laki yang loncat bunuh diri dari lantai 4 gedung baru!”
            “Iya, betul! Bukankah itu mengerikan? Kenapa ia bunuh diri disekolah?” tanyanya lagi.
            Temannya mengeleng, “jika itu bunuh diri, bukankah arwahnya akan gentayangan?” tanya temannya balik.
            “Ah.. jangan seperti itu, padahal aku dari tadi memberanikan diri untuk pergi sekolah!”
“Aku juga, apalagi kelas kita bersebrangan dengan gedung baru! Bisa-bisa kita akan melihat penampakannya!” seru temannya menakut-nakuti.
“Hei, ini baru awal semester pertama, darimana kalian mendapat berita itu?” tanyaku penasaran. Sepertinya mereka berasal dari SMPku dulu.
Kedua anak perempuan itu melihatku dan tersenyum ramah, “Oh, Khalil! Kamu dapet dikelas ini ya?” tanya salah satu dari mereka dengan centil. Ya ampun…
            “Hei, kalian dengar apa yang kutanya tadi tidak?” tanyaku sekali lagi.
            “Oh, yang Karen bilang tadi! Tenang saja, kejadiannya saat liburan sekolah jadi tidak apa-apa sekarang,” jawab temannya yang tadi menakut-nakuti.
            “Apanya yang tidak apa-apa, Siska! Aku ketakutan tau!” gerutu yang satu lagi sok imut.
            “Tenang, sekarang kan sudah ada Khalil dengan kita. Iya kan, lil?” tanyanya sambil tersenyum manis.
            “Ah…” desahku sambil menunduk lesu, “Karen, Siska!” tunjukku
            “Yap?” seru mereka serempak, sambil pasang wajah imut-imut berharap aku akan meladeni mereka.
            “Tolong pergi dari bangkuku, ini punyaku!” pintaku dengan wajah pura-pura ramah.
            Mereka sontak tercengang dan tersenyum malu kemudian buru-buru pindah, “Sorry ya, lil!”
            Hah… Aku menghela nafas dan duduk dibangkuku yang tepat terletak disebelah jendela. Melihat keluar jendela, terlihat sebuah taman asri dengan sebuah pohon besar, letaknya kira-kira tak jauh dari sini. Kebetulan cuaca hari ini tidak panas, aku sangat berharap dapat tidur dibawah pohon besar itu.
 “Ada seorang anak laki-laki yang loncat bunuh diri dari lantai 4 gedung baru”
Sial!! Kenapa juga aku dengerin pembicaraan tadi!? Ah, karena kemampuan ini rasanya aku ingin menghilang saja.
Hari pertama biasa-biasa saja, tidak ada hal aneh yang terjadi. Sampai akhirnya saat jam pulang sekolah, hari sudah mulai malam. Pinggangku sangat sakit karena terus tidur saat jam pelajaran berlangsung. Semua pelajaran sudah kukuasai, jadi apa salahnya aku tidur, kan?
“Permisi, nak bisa bantu ibu sebentar?” tanya seorang guru, yang wajahnya tertutup oleh buku-buku yang dibawanya.
Aku menghela nafas, memang sih aku sudah letih tapi tidak tega aku meninggalkan ibu ini tanpa membantunya.
“Bisa bu, apa yang bisa saya bantu?” tanyaku ramah.
“Tolong bawa sebagian buku ini nak?” katanya menjawab, aneh? kenapa suaranya tiba-tiba berubah?
“Baiklah bu,” kataku sambil mengangkat semua buku itu. Saat kuangkat bukunya, tidak berat. Malah ringan. Saat ingin menanyakan kemana aku harus membawa buku-buku ini. Aku menongakkan wajahku dan melihat kepalanya terbelah dua! Seperti terpotong oleh gergaji. Sial! Sudah kuduga guru itu hantu.
Aku menjatuhkan buku-buku yang kubawa dan itu berubah menjadi gergaji berkarat yang penuh akan darah. Aku berlari sekencang-kencangnya, sampai akhirnya aku berada diluar sekolah. Aku berhenti sebentar disebuah warung yang tak jauh dari sekolahku.
“Ah..ah…” hela nafasku, hari sudah malam dan akan semakin banyak arwah begentayangan yang akan kutemui. Dengan kemampuan ini, entah berapa banyak yang akan kutemui. Sial!
Saat aku berbalik kebelakang untuk melihat sekolah itu lagi, aku bertemu mata dengan arwah seorang anak laki-laki yang akan meloncat turun dari lantai 4. Itu arwah anak yang dikabarkan bunuh diri! Ia melihatku dan tersenyum. Sial! Dia akan datang kesini.
Aku berlari lagi sekencang-kencangnya menuju jalan utama, aku memaki diriku sendiri karena telah bodoh, lebih memilih jalan kaki ke sekolah dari pada naik sepeda. Terlambat! Arwah anak laki-laki itu sudah ada di depan menghalangi jalanku, sekarang aku tau apa hal yang akan dia minta. Waktuku yang berharga! Dia akan terus mengangguku sampai aku membantunya.
“Hei, kamu adik kelasku, kan?” tanyanya sambil tersenyum ramah, “Kamu bisa melihat  arwah seperti aku ya?” tanyanya lagi, kali ini ia berusaha mendekatiku.
“Pergilah! Aku tidak akan membantumu!” bentakku padanya, kelihatan dia agak terkejut mendengarnya. Tapi tetap saja ia mendekatiku.
“Maafkan aku, tapi aku tidak akan pergi sampai kau mau membantuku menemukan orang yang telah membunuhku!”
“Apa?!” tanyaku sontak kaget
Pembunuhan?

-          Bersambung - 

1 komentar: